Sunday, January 20, 2013

Membaca Lagi Komik Petruk-Gareng Tatang S.

NOSTALGIA anak-anak yang tumbuh di tahun 1980-an sampai awal 1990-an !!

komik-tatang-s506
Deretan judul komik Petruk-Gareng karya Tatang S. (dok.blog)























        “Salam manis tidak akan habis. Salam sayang tidak akan hilang, buat semua pencinta karya saya.”
WELL, bagi yang mengalami masa kecil di tahun 1980-an hingga 1990-an awal kalimat itu tentu sudah begitu akrab.
Kalimat itu ditemukan dalam setiap halaman pertama komik Petruk-Gareng karya Tatang Suhenra alias Tatang S..
Belum lama ini saya menemukan satu komik Tatang S. di dunia maya. Ada yang berbaik hati meng-scan lalu mengunggahnya ke internet. Dan ah... saya seperti naik mesin waktu mengingat masa kecil saat menggandrungi komik-komik Petruk-Gareng Tatang S..
Sebagai generasi yang lahir di tahun 1980-an, saya kurang mengakrabi komik-komik Indonesia yang lahir sebelum tahun 1980. Komik wayang R.A. Kosasih, misalnya, baru saya baca belakangan setelah semakin “melek” komik. Selain itu, komik superhero macam Godam, Gundala atau komik silat macam Si Buta dari Gua Hantu juga kurang menarik perhatian saya waktu kecil dulu.
Saya memang tak lahir saat komik superhero dan komik silat booming di tahun 1970-an. Perkenalan saya dengan komik-komik itu hanya lewat sekilas membaca di taman bacaan komik yang waktu itu masih tersisa. Membeli sendiri, buat saya komik-komik silat atau superhero yang berjilid-jilid itu terlalu mahal.
Lain halnya dengan komik Petruk-Gareng Tatang S..
Di tukang mainan di pinggir sekolah dasar (mungkin di setiap pelosok Indonesia) pasti dijual komik Tatang S.. Untuk kantong anak SD masa itu, harga komiknya sangat terjangkau. Tipis. Rata-rata tak sampai 20 halaman. Ceritanya langsung habis sekali dibaca. Dengan begitu, tidak perlu mengumpulkan komiknya sampai berjilid-jilid hingga tamat.
Bagi anak-anak yang tumbuh di tahun 1980-an sampai awal 1990-an, komik Petruk-Gareng Tatang S.—bersama komik Surga-Neraka—adalah komik yang menjadi penanda kultural generasi mereka.
petruk-gareng-1Komik Petruk-Gareng Tatang S. dicetak dalam kertas murahan. Hitam-putih. Tidak ada gambar berwarna kecuali halaman sampul. Setiap halaman komik umumnya hanya terdiri dari dua panel.
Yang juga paling diingat dari komik Petruk-Gareng rekaan Tatang S. tentulah ceritanya. Cerita biasanya berlangsung di desa Tumaritis, tempat Petruk, Gareng, Bagong, dan ayah mereka, Semar, tinggal. Dan, pembaca setianya pasti ingat ada dua tema cerita yang sering disodorkan Tatang lewat komik petruk-Gareng-nya: 1) kisah mistis Petruk ketemu/digoda setan, hantu, dedemit, dan sebangsanya; serta 2) Petruk dan/atau Gareng jadi superhero pahlawan Tumaritis (Megaloman Tumaritis, Batman Tumaritis, Superman Tumaritis) yang siap membasmi kejahatan.
Kisah Petruk/Gareng ketemu setan sangat tipikal, dan di kemudian hari paling dikenang pembacanya, termasuk saya. Biasanya, Petruk ketemu gadis cantik bahenol di tengah jalan sendirian. Bersikap gentleman dengan berharap bisa dijadikan pacar, Petruk menawarkan diri mengantar sang gadis pulang. Nah, biasanya, si gadis minta diantar ke rumahnya di suatu tempat. Petruk sadar tempat yang dimaksud kuburan, lantas bertanya pada sang gadis cantik nan bahenol tadi. Pada bagian ini, kemudian si gadis memperlihatkan jati diri aslinya: sesosok setan menyeramkan dengan lidah terjulur dan buah dada menggantung. Petruk lantas lari terbirit-birit.
Kali lain, Petruk bermalam di rumah si gadis. Eh, begitu bangun di pagi hari, ia berada di atas kuburan, bukan di rumah gedong.
Waktu kecil dulu, saya kurang menyukai episode Petruk jadi superhero. Saya lebih suka cerita Petruk ketemu gadis bahenol yang ternyata setan.
Mungkin karena saya laki-laki dan pikiran nakal ketemu cewek seksi di tengah jalan (walau ternyata hantu), tentulah jadi imajinasi liar yang asyik. Lagipula, Tatang sangat jago menggambar cewek cantik nan bahenol. Karakter cewek-cewek komik Petruk-Gareng Tatang S. selalu digambarkan berparas cantik dengan rambut panjang terjuntai dan dada yang montok. Di tahun 1980-an saat majalah FHM, Maxim, dan pornografi dunia maya belum memasyarakat, apa yang disuguhkan Tatang sudah cukup memuaskan dahaga. Hehehe...
***
tatang-s-megaloman
Petruk dan Gareng jadi superhero. (dok.ist.)
Menarik pula ditelisik kenapa Tatang S. memilih mengandalkan Petruk dan kerabatnya sebagai tokoh utama komiknya. Kita tahu, Petruk dan kerabatnya adalah punakawan dalam cerita pewayangan. Dalam cerita Mahabharata di India, tak ada tokoh punakawan. Mahabharata dari sananya adalah epos kepahlawanan para pangeran. Ketika akhirnya kisahnya diimpor ke tanah Jawa (mungkin di abad ke-7), cerita asli dari India itu mengalami modifikasi. Ceritanya tidak diubah sepenuhnya, tapi para dalang di sini, yang umumnya berasal dari golongan non bangsawan, menyusupkan karakter-karakter baru: para rakyat jelata, yang sedikit-banyak jadi bagian penting bagi sebuah kisah besar kebaikan lawan kejahatan di kalangan para pangeran. Para punakawan ini, yang jadi perlambang rakyat kebanyakan, adalah cerminan bahwa segala laku para elit di atas pada gilirannya akan berimbas pada kehidupan mereka.
Di cerita pewayangan, punakawan juga berfungsi sebagai bagian senda gurau dari kisah peperangan yang berat dan kerap berakhir menyedihkan. Punakawan, para bodor itu, menjadi titik jeda untuk rehat sejenak dari yang berat-berat.
Di komik Petruk-Gareng Tatang S, apa yang sekedar berada di pinggir dari kisah Mahabharata ditarik ke depan, menjadi tokoh utama. Para bodor yang genar bersenda gurau itu memiliki panggungnya sendiri, desa Tumaritis, bukan istana Astina atau Pandawa. Dalam lakon Tatang, para rakyat menjadi yang utama.
Dari sini kemudian cerita Tatang S. semakin mudah diterima oleh kalangan bawah. Ia menceritakan kisah keseharian mereka, yakni terutama mimpi-mimpi kalangan bawah: punya pacar cantik bahenol dan/atau bisa jadi superhero.
tatang-s8l
Komikus Tatang S. (dok.ist.)
*** Sebagai komikus, nama Tatang S. rasanya kurang dihargai. Tidak banyak studi budaya pop yang mengulik perihal karyanya—yang banyak adalah tulisan mengenang kecintaan pada komiknya, dan artikel ini menambah deret panjang hal itu. Padahal dengan masifnya peredaran komik-komiknya pada 1980-an sampai awal 1990-an, Tatang selayaknya mendapat penghargaan senada seperti RA Kosasih, Ganes TH, Djair, Hasmi, Teguh Santosa, atau Wid NS.
Daari telusuran di dunia maya mencari bahan untuk tulisan ini, laporan paling mutakhir atas kiprah Tatang S. dimuat majalah independen yang digagas sekumpulan mahasiswa UI, Akar edisi Maret 2011. Mereka melakukan reportase menyusuri jejak Tatang S mulai dari kios buku loak di Pasar Senen yang masih menjual komik-komik Petruk-Gareng hingga ke sebuah tempat di perkampungan Buaran, Jakarta Timur yang disebut-sebut pernah ditinggali Tatang.
Tatang tinggal sendirian di rumah kontrakan di Jakarta. Istri dan seorang anaknya tidak ikut tinggal di situ. Kang Tatang, demikian ia biasa disapa, karena ia orang Sunda., dikenal tetangga sebagai pria yang baik, jarang punya masalah baik dengan keluarga maupun tetangga.
Anda yang mungkin pernah mencari tahu kisah hidup Tatang S. di dunia maya pasti pernah bertemu artikel perihal riwayat hidupnya. Sebuah artikel yang tersebar ke mana-mana, entah di forum atau blog pribadi yang tak jelas siapa penulis awalnya maupun pertama kali diterbitkan di mana.
Di artikel riwayat hidup Tatang S. itu terpajang sebuah foto pria setengah baya. Itulah yang dikatakan wajah Kang Tatang, sang pengarang komik Petruk-Gareng yang legendaris. Di artikel tu juga dimuat Tatang meninggal pada Maret 2003. Rumornya karena penyakit gula. Dilaporkan majalah Akar, tetangga Tatang di rumah kontrakannya di Buaran, Jakarta Timur tak tahu kabar kematian sang komikus.
Sayang memang, kita tak pernah benar-benar tahu nasib yang menimpa salah satu komikus yang jasanya ikut membentuk sebuah penanda budaya pop dari sebuah era. Meski begitu, seperti setiap kali diucap Tatang S. di setiap karyanya kita—terutama yang tumbuh bersama komiknya—sepatutnya menimpali salam sang komikus: “Salam manis tidak akan habis. Salam sayang tidak akan hilang, untuk komikus kami tercinta, Tatang S.”

Sumber : http://www.tabloidbintang.com/extra/nostalgia/60024-membaca-lagi-komik-petruk-gareng-tatang-s.html

Green Day - Minority

Get Free Music at www.divine-music.info
Get Free Music at www.divine-music.info

Free Music at divine-music.info